|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
sebagai Homo religious atau homo dipinans (makhluk ber-Tuhan
hamba Allah Yang diciptakan oleh-Nya dengan kelengkepan-kelengkapan dasar
antara lain berupa bakat beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta). Dengan
kata lain dalam diri manusia telah ditanamkan benih yang disebut insting agama
(instink religious atau naturaliter reliona) yang menurut Al-Quran
kecenderungan kearah beragama yang dapat di kembangkan melalui pendidikan/
bimbingan yang cukup baik.
Manusia
dimanapun dia berada akan selalu menghadapi masalah dan pada dasarnya manusia
itu memerlukan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Banyak individu mempunyai
masalah dan sulit untuk dipecahkan atau diatasi sendiri, untuk itu perlu adanya
usaha memberikan pilihan jalan untuk pemecahannya dari kehidupan sehari-hari
dan pengalamannya terutama bantuan dalam bidang mental atau spiritual yang
dikenal dengan istilah konseling agama.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dan tujuan konseling agama ?
2. Bagaimana
Hakikat dan tujuan manusia dalam pandangan agama?
3. Bagaimana peran
agama dalam koseling ?
4. Apa metode
atau teknik dalam konseling agama?
C. Tujuan
2.
Untuk mengetahui hakikat dan tujuan
manusia dalam pandangan agama.
3.
Untuk mengetahui peran agama dalam
koseling
4.
Untuk mengetahui metode atau teknik
dalam konseling agama.
|
BAB II
|
A. Pengertian dan Tujuan Konseling Agama
Menurut H.M
Arifin (1982:2) dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling “beliau menyatakan bahwa
pengertian Konseling Agama adalah: Usaha pemberian bantuan kepada seseorang
yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya
di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di
bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya
dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan
iman dan takwa kepada Tuhan.
Adapun
pengertian Konseling agama lebih spesipik lagi yaitu pengertian konseling agama
Islam ialah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada konseling ini penekanannya pada
upaya kuratif atau pemecahan masalah yang dihadapi seseorang, secara Islami
berarti konseling agama Islam membantu individu menyadari kembali ke beradaan
atau eksistensinya sebagai makhluk. Allah, sebagai ciptaan manusia yang
diciptakan-Nya sesuai dengan petunjuk-Nya.
Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
|
1.
Pribadi dengan Tuhannya
2.
Pribadi dengan Masyarakat
3.
Pribadi dengan alam sekitar
4.
Pribadi dengan dirinya sendiri
Manusia baru
Indonesia yang kita kehendaki adalah manusia yang serba utuh lahir dan
batinnya, dalam hidup duniawi dan ukhrowinya yang mampu membangun diri dan
masyarakatnya dan negaranya dengan bekal ilmu dan keterampilan yang dijiwai
oleh nilai-nilai agamanya. Untuk mewujudkan manusia yang demikian itu, tidaklah
cukup hanya ditangani melalui pendidikan formal dan nonformal semata-mata,
melainkan perlu pula ditunjang dengan program lainnya secara menyeluruh seperti
program bimbingan dan konseling umum dan Agama dan sebagainya. Melalui peningkatan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling Agama, program pendidikan atau
pengajaran di sekolah dan luar sekolah akan lebih lan cara pelaksanaannya.
Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling Agama diantaranya :
1.
Untuk mengungkapkan kemampuan dasar
mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak agar diaktualisasikan dan
difungsionalkan menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses
kegiatan belajar mengajar anak didik.
2.
Berusaha meletakkan kemampuan
mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi
tantangan dan rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun
yang berbentuk material.
3.
Berusaha menanamkan sikap dan
orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan
masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri sehingga
menjadi pola hidup yang bersendikan nilai-nilai agamanya.
4.
Berusaha mencerahkan kehidupan batin
sehingga segala kesulitan yang dihadapi, akan mudah diatasi dengan kemampuan
mental rohaniahnya.
B. Hakikat Dan Tujuan Manusia Menurut Agama
Islam
memandang manusia sebagai satu kesatuan yang terdiri dari ruh, jasad dan akal
yang saling terikat dan tidak mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian.
Manusia bukanlah ruh tanpa jasad, bukan hanya makhluk yang hanya terdiri dari
jasad tanpa akal, atau hanya terdiri dari jasad tanpa ruh.Sisi-sisi tersebut
merupakan kesatuan yang saling berkaitan, baik dari fisik maupun psikisnya.
Agama Nasrani, Budha, dan Hindu melihat manusia hanya dari sisi ruh dan
mengabaikan sisi yang lainnya, melihat setiap ynag bersifat ruhiyah adalah
benar, harus diperhatikan dan di dukung keberadaannya, dan semua yang bersifat
materi adalah kotor. Padahal mereka pasti memerlukan materi yang mereka beri
cap jelek, hina, dan harus dijauhi. Hal tersebut menyebabkan dampak negative
yang destruktif, yang mewariskan kejahatan dan kehancuran dari sisi materi
serta mengalami keterbelakangan dalam kehidupan.
Manusia
diciptakan dengan diberi perangkat akal, dan ini adalah sebab utama Allah swt;
membebaninya dengan tugas berat ini yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini.
Selain kedua hal tadi, Islam juga menyakini bahwa manusia mempunyai sisi
ruhiyah yang di tandai dengan ditiupkannnya ruh kedalam tubuh manusia, seperti
yang difirmankan Allah swt; “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,
dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud .” (Qs. Al-Hijr :29). Sisi itulah yang merupakan letak
kemuliaan manusia, yaitun suatu dimensi dimana manusia melampaui derajat yang
paling sempurna dari sisi moral kemanusiaan. Sisi inilah yang membedakan setiap
gerakan jasad manusia dengan hewan, karena Allah juga menciptakan hewan dengan
perangkat ini, walaupun berbeda cara pemenuhannya.Islam tidak mengesampingkan
sisi yang terpenting manusia sebagai individu, sisi itu ialah kantung nilai
moral dan akhlak yang bertugas mengendalikan setiap gerakan jasad manusia agar
tidak menyeleweng dari aturan. Seandainya kebutuhan-kebutuhan itu tidak
dipenuhi dengan benar , maka keseimbangan mahkluk manusia akan guncang sehingga
akhirnya berjalan dengan pincang dan jatuh tersungkur. Oleh karena itu, Islam
mengakui sisi tersebut dan dan memenuhi kebutuhan asasinya yaitu akidah,
ibadah, dan nilai-nilai akhlak yang mulia.
Mekanisme
ini merupakan upaya untuk menciptakan kebahagiaania manusia yang hakiki dalam
mencapai tujuan dalam alam wujud ini, yaitu hanya beribadah kepada Allah swt;. Jika
tujuan hidup kita pada umumnya hanya untuk beribadah kepada Allah swt;maka
makna ibadah harus ditinjau dari semua aspek. Ia merupakan panduan yang
mencakup semua aspek. Ia merupakan panduan yang mencakup semua sisi kehidupan,
hingga aktivitas kita seremeh apapun bernilai ibadah yang harus kita perhatikan
dan kita niatkan hanya untuk beribadah karena Allah swt;.
C. Peran
Agama Dalam Koseling
Agama
sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan,
termasuk pembinaan atau pengetahuan mental (rohani) yang sehat. Sebagai
petunjuk hidup manusia dalam dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama
berfungsi sebagai berikut.
1. memelihara Fitrah
Manusia yang dilahirkan dalam
keadanan fitrah (suci). Namun manusia memilik hawa nafsu (naluri atau dorongan
untuk memenuhi kebutuhan/ keinginan), dan juga adapihak luar yang senantiasa
berusaha menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran, yaitu setan,
manusia sering terjerumus melakukan perbuatann dosa. Agar manusia dapat
mengendalikan hawa nafsunya dan terhidar dari kodaan setan (sehingga dirinya
tetap suci), maka manusia harus beragama, atau bertakwa kepada Allah, yaitu
beriman dan beramal shaleh, atau melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Apabila manusia bertakwa kepada Tuhan, berati dia telah
memelihara fitrahnya, dan ini juga berarti bahwa dia termasuk orang yang akan
memperoleh rahmat Allah.
2. Memelihara Jiwa
Agama sangat mengharagai harkat dan
martabat, atau kemuliaan manusia. Dalam mememlihara kemuliaan jiwa manusia,
agama mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan, penyiksaan,
atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
3. memelihara akal
Allah telah memberikan karunia kepada
manusia yang tidak diberikan kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk
lainnya, yaitu akal. Dengan akalnya ini manusia memiliki:
- Kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama.
- Mengembangkan ilmu dan teknologi, atau mengembangkan kebudayaan.
Melaui
kemampuannya inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya. Karena
pentingnya peran akal ini, makaagama memeberi petunjuk kepada manusia untuk
mengembangankan dan memeliharanya, yaitu hendaknya manusia mensyukuri nikmat
akal itu dengan cara memanfatkannya seoptimal mungkin untuk berfikir, belajar,
atau mencari ilmu dan menjauhkan diri dari perbuatan yang merusak akal, seperti
meminun minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang, mengunakan narkobadan
hal-hal lain yang merusak keberfungsian akal yang sehat.
4. Memelihara Keturunan
Agama
mengajarkan kepada manusia tentang cara mememlihara keturunan atau sistem
regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu
adalah pernikahan. Pernikahan merupakan upacara agama yang sakral (suci), yang
wajib ditempuh oleh sepang pria dan wanita sebelum melakukan hubungan biologis
sebagai suami-istri. Pernikahan ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah (tentaram, nyaman), mawaddah (cintah kasih) dan rahmah (mendapat curhankaruniah dari
Allah).
Menurut
Zakiah Derajat salah satu peran agama adalah sebagai terapi (penyembuhan) bagi
gangguan kejiwaan. Pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari dapat
memebentengi orang dari kejutahan kepada gangguan jiwadan dapat pula
mengembalalikan kesehantan jiwa bagi orang yang gelisah. Makin dekat seorang
dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentaramlah jiwanya,
serta semakin mampu menghadapi kecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian
pula sebaliknya, semakin jauh orang itudari agama maka akan semakin susahlan
menvari ketentraman batin.
M. Surya
mengemukakan bahwa agama memegang peran sebagai penentu dalam proses
penyesuaian diri. Hal ini diakui oleh ahli kilnis , psikiatris, pendeta, dan
konseler bahwa agama adalah faktor penting dalam memelihara dan memeperbaiki
kesehatan mental. Agama memberikan suasan psikologis tertentu untuk mengurangi
konflik, frustrasi, dan ketegangan lainnya, dan memberikan suasana damai dan
tenang.
Pemberian
layangan bimbingan semakin diakini kepentingannya bagi anak atau siswa,
mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung lebih komplek,
terjadi perbenturan antara berbagai kepentingan yang bersifat kompetitif, baik
menyangkut aspek politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun
aspek-aspek yang lebih khusus tentang perbenturan idiologi, antara yang hak
(benar) batal (salah).
Dalam proses
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, bimbingan dan
konseling agama pada khususnya di sekolah, salah satu komponen yang penting
adalah metode yang perlu diterapkan. Efektivitas suatu metode ditentukan oleh
sikap dan pendekatan pembimbing atau Konselor terhadap sasaran terbimbing (
anak bombing ), di samping jenis atau bentuk dari metode itu sendiri, sejauh
mana kesesuaiannya atau ketetapannya terhadap saasaran yang digarap. Metode
bimbingan dan konseling agama berfungsi sebagai penunjang kelancaran program
pendidikan di sekolah yang pelaksanaannya berdasarkan atas pendekatan
individual atau kelompok.
Ada beberapa
metode yang lazim dipakai dalam bimbingan dan konseling agama dimana sasarannya
adalah mereka yang berada didalam kesulitan mental-spiritual disebabkan oleh
faktor-faktor kejiwaan dari dalam dirinya sendiri, seperti tekanan batin
(depresi mental), gangguan perasaan (emotional disturbance), tidak mampu
mengadakan konsentrasi pikiran, dan gangguan batin lainnya yang memerlukan
pertolongan. Dan juga disebabkan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, seperti
pengaruh dari lingkungan hidup yang menggoncangkan perasaan (misalnya, orang
yang dicintai telah meninggalkan dirinya), pekerjaan rumah yang berat sehingga
menghambat proses belajar mengajar di sekolah, dan lain-lain penyebab yang
banyak menimbulkan hambatan batin anak bimbing.
Untuk
mengungkapkan segala sesuatu yang menjadi sebab kemunduran prestasi belajar,
maka anak yang dibimbing perlu didekati melalui metode sebagai berikut:
1.
Metode Wawancara
Wawancara,
adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan
bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada
saat tertentu yang memerlukan bantuan. Wawancara baru dapat berjalan dengan
baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Pembimbing harus berkomunikatif dengan anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat dipercayai oleh anak bimbing sebagai pelindung.
- Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyinggung perasaan anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat menunjukkan i’tikad baiknya dalam menolong anak bimbing mengatasi segala kesulitan yang sedang dihadapi.
- Masalah-masalah yang ditanyakan oleh pembimbing harus benar-benar mengenai sasaran (to the point) yang ingin diketahui.
2. Metode Mencari Fakta
Segala fakta
yang diperoleh dari anak bimbing dicatat secara teratur dan rapi didalam buku
catatan (cumulative records) untuk anak bimbing yang bersangkutan serta
disimpan baik-baik sebagai file (dokumen penting). Pada saat dibutuhkan,
catatan pribadi tersebut dianalisis dan diidentifikasi untuk bahan pertimbangan
tentang metode apakah yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan
kepadanya.
3. Metode Group-guidance
Group-guidance
(bimbingan kalompok) Bilamana metode interview atau wawancara merupakan
cara pemahaman tentang keadaan anak bimbing secara individual (pribadi), maka
bimbingan kelompok adalah sebaliknya, yaitu cara pengungkapan jiwa/batin serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,
simposium, atau dinamika kelompok (group dynamics), dan sebagainya.
Metode baru
dapat berjalan dengan baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Berlangsung ditempat yang cukup tenang, jauh dari gangguan apapun, sebaiknya tempat tersebut memiliki ventilasi udara dan cahaya sinar matahari atau lampu.
- Kelompok tidak terlalu besar, sebaiknya jangan lebih dari 13 orang.
- Secara periodik perlu diisi dengan ceramah-ceramah tentang topik-topik masalah yang berkaitan dengan pengembangan karier, pekerjaan, danjabatan-jabatan yang tersedia.
- Sebelum melaksanakan bimbingan kelompok, hendaknya pembimbing agama mengadakan musyawarah dengan anaqk bimbing tentang kegiatan yang sangat penting dan diperlukan oleh mereka hendaknya mereka yang menjadi penanggung jawab/penyelenggaranya.
- Mengikutsertakan staf administratif, staf guru, guru kelas, wali kelas dan sebagainya, yang disetujui oleh kepala sekolah.
- Waktu yang disediakan jangan terlalu sempit, sekurang-kurangynya 2 jam pelajaran.
4. Metode Nondirektif
Metode
Nondirektif (cara yang tidak mengarahkan), Cara lain untuk mengungkapkan
segala perasaan dan pikiran yang tertekan sehingga menjadi penghambat kemajuan
belajar anak bombing adalah metode nondirektif. Metode ini dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
- Client centered, yaitu cara pengungkapan tekana batin yang dirasakan menjadi penghambat anak bimbing dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu-dua pertanyaan yang terarah.
- Metode direktif yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengkorek sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan, dengan cara client centered yang diperdalam dalam pertanyaan yang motifatif dan persuasif (meyakinkan) untuk mengingat-ingat, serta didorong untuk berani mengungkap perasaan tertekan sampai keakar-akarnya.
5.
Metode Psikoanalitis
Metode
Psikoanalitis (penganalisaan psikis), metode ini berasal dari teori
psiko-analisa Freud yang digunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan,
terutama perasaan yang tidak didasari. Menurut teori ini, manusia yang
senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar cita-cita atau keinginan,
menyebabkan timbulnya perasaan tertekan yang makin lama makin membengkak. Untuk
memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan klien tersebut,
diperlukan metode psikoanalisis yang menganalisis gejala tingkah laku yang
serba salah dengan menitik beratkan pada perhatian berulang-ulang.
Adapun
tentang mimpi, Freud, menyebutkan sebagai Via Regia yaitu jalan raya yang dapat
memberikan petunjuk tentang rahasia pribadi pemimpi yang bersangkutan.
Sebaiknya soal mimpi tidak perlu kita gunakan untuk menganalisis jiwa klien.
6.
Metode Direktif
Metode
Direktif (Metode yang bersifat mengarahkan), metode ini lebih bersifat
mengarahkan kepada anak bimbing untuk berusaha menghadapi kesulitan (problema)
yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada anak bombing ialah dengan
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi
sumber kesulitan yang dihadapi/dialami anak bombing. Metode ini selain
dipakai oleh para konselor pendidikan atau konselor agama juga banyak digunakan
oleh para dokter umum, dokter jiwa (psycheater), penyuluh sosial.
7.
Metode Sosiometri
Metode
lainnya yang berkaitan dengan sikap sosial dalam hubungannya dengan pergaulan
anak bimbing sering dipakai metode sosiometri, yaitu suatu cara yang
dipergunakan untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam berhubungan
kelompok.
BAB III
|
Simpulan
Konseling
agama ialah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan
baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di
masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual,
agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada
dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Tuhan.
Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling Agama diantaranya :
1.
Untuk mengungkapkan kemampuan dasar
mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak.
2.
Berusaha meletakkan kemampuan
mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak.
3.
Berusaha menanamkan sikap dan
orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan
masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri.
4.
Berusaha mencerahkan kehidupan
batin.
Hakikat
manusia dalam pandangan Islam ialah sebagai satu kesatuan yang terdiri dari
ruh, jasad dan akal yang saling terikat dan tidak mungkin dipisahkan menjadi
beberapa bagian. Sedangkan tujuan manusia hidup di dunia ini adalah untuk
beribadah kepada Allah swt; dengan menta’ati segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Ada beberapa
metode atau teknik dalam konseling agama diantaranya :
1.
Wawancara
2.
Cumulative record
3.
Metode Group-guidance
4.
Metode Nondirektif
5.
Metode Psikoanalitis
6.
Metode Direktif
7.
Metode Sosiometri
DAFTAR PUSTAKA
Arifin H.M
dan Kartikawati, Etty. Materi pokok
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan Universitas Terbuka. 1996.
Smith,
Huston. Agama-agama Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 2008.
Al-Kadiri,
Marwan. Keseimbangan antara Kebutuhan
akal, jasmani dan rohani.Jakarta : Cendikia. 2004.
|
Lucky Eagle Casino Resort Spa - MJHTV
BalasHapusLucky Eagle Casino Resort Spa 천안 출장샵 locations, rates, amenities: expert Las Vegas research, 상주 출장마사지 only 논산 출장안마 at Hotel and Travel Index. Rating: 진주 출장샵 7.8/10 · 5,266 votes 천안 출장샵